Tujuan Penciptaan Manusia
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, sandagurau,
hidup tanpa arah, atau tidak tau dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya.
Manusia yang merupan bagian dari alam semesta ini pun diciptakan untuk suatu
tujuan. Allah menegaskan bahwa pencitaan manusia dalam firmannya surat QS.
Adz-Dzariyat : 56
Artinya :”
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”.[ QS. Adz-Dzariyat : 56]
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa kedudukan manusia dalam
sistem penciptaanya adalah sebagai hamba Allah. Dan tujuan penciptaan manusia
untuk menyembah kepada Allah SWT. Manusia yang diciptakan Allah sebagai mahluk
yang paling canggih artinya mampu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah,
menguasai ilmu pengetahuan dan melakukan aktifitas amal sholeh
Menurut Al-Qur'an, alam semesta tidak diciptakan
sia-sia; bahkan tiap-tiap bagian dan elemennya diciptakan untuk tujuan
tertentu. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menyinggung persoalan mengenai
tujuan penciptaan alam dan manusia, antara lain:
إِنَّ فِي
خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ
لِّأُوْلِي الألْبَابِ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً
سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang adalah tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka hindarkanlah kami dari siksa neraka.' (QS. Alu Imran [3]: 190 – 191).
Dua ayat ini mendesak manusia untuk berpikir dan
mengingatkannya bahwa observasi tanpa pemikiran tidaklah mampu mengantarkan dia
kepada maksud.
Di ayat lain Allah Swt berfirman:
قَالَ
رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
Artinya:
Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).
Dia berkata, 'Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi petunjuk.' (QS. Thaha [20]: 50).
Terkait pembahasan kita sekarang, ada dua pokok
penting yang perlu kita perhatikan bersama dari dalam ayat ini dan juga
ayat-ayat yang serupa dengannya; pertama adalah Allah Swt memberikan apa saja
yang dibutuhkan secara primer kepada tiap-tiap sesuatu, dan pokok kedua adalah
segala sesuatu telah diberi petunjuk oleh Allah Swt sekiranya ia menggunakan
seluruh potensinya untuk melestarikan hidup dan mencapai puncak tujuan yang
seyogianya.
Tujuan
Manusia Diciptakan
Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:
Al-Qur'an secara khusus mensinyalir tujuan dari penciptaan manusia:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا
خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Artinya:
Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).
Apa kalian mengira bahwa sessungguhnya Kami menciptakan kalian sia-sia dan kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami lagi. (QS. Al-Mukminun [23]: 115).
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن
يُتْرَكَ سُدًى
Artinya:
Apakah manusia mengira bahwa dia akan ditinggalkan begitu saja. (QS. Al-Qiyamah [75]: 36).
Apakah manusia mengira bahwa dia akan ditinggalkan begitu saja. (QS. Al-Qiyamah [75]: 36).
Ayat ini menunjukkan berapa hal:
1- Manusia tidak diciptakan secara sia-sia, melainkan
dengan tujuan tertentu.
2- Manusia tidak dilepaskan begitu saja, melainkan dia
diberi petunjuk, dituntun dan senantiasa diawasi.
3- Tujuan akhir dari penciptaan manusia adalah sumber
keberadaan dia sendiri, yaitu Tuhan alam semesta.
Sebagian ayat Al-Qur'an mengungkapkan rahasia
penciptaan secara lebih detil dan terperinci, antara lain:
1- Ilmu dan
makrifat.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ
الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Artinya:
Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).
Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula, perintah Allah berlaku padanya supaya kalian ketahui bahwa Allah itu Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (QS. Ath-Thalaq [65]: 12).
Ayat ini menyebutkan kesadaran manusia akan ilmu dan
kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas (yakni, makrifat tentang Tuhan yang akan
membentuk dimensi ilmu kesempurnaan manusia) sebagai tujuan dari penciptaan.
2- Ujian.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ
وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ
الْغَفُورُ
Artinya:
Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian siapakah yang lebih di antara kalian amalnya? Dan Dia Maha Perkasa Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk [67]: 2).
Maksud dari ujian Tuhan bukanlah penyingkapan
rahasia-rahasia yang tersembunyi, melainkan adalah menyediakan sarana dan prasarana
untuk mengembangkan potensi serta mengantarkannya kepada realitas. Hal itu
karena manusia adalah makhluk yang berikhtiar dan kesempurnaannya bersifat
pilihan intensional. Tuhan menguji manusia dengan menyediakan semua syarat dan
prasyarat untuk memilih jalan yang baik atau buruk baginya, agar dengan itu
potensi-potensi dirinya terealisasi dan dia dapat memilih jalan yang benar.
3- Ibadah.
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56).
Berdasarkan ayat ini, tujuan utama penciptaan manusia
adalah ibadah kepada Allah Swt, dan dalam hal ini ada berapa hal yang perlu
diperhatikan:
1- Menurut pandangan dunia Al-Qur'an, setiap gerakan
dan perbuatan positif yang dilakukan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah
Swt adalah ibadah. Ibadah tidak terbatas pada ritual-ritual khusus seperti doa
dan munajat. Seluruh aktifitas ilmiah, ekonomi, politik, sosial dan lain-lain
apabila seirama dengan sistem norma Ilahi dan bermotivasi Ilahi adalah ibadah,
untuk itu manusia bisa senantiasa beraroma Ilahi, menyempurnakan diri dan
mendekatkannya kepada Allah Swt dalam segala keadaan, seperti makan, minum,
tidur, mati dan hidup:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya:
Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).
Katakanlah, 'sesungguhnya shalatku, manasikku, hidup dan matiku (hanyalah) untuk Allah Tuhan semesta alam.' (QS. Al-An'am [6]: 162).
Namun, perlu digarisbawahi juga bahwa ibadah dalam
terminologinya yang khusus; yakni ritual-ritual dan manasik tertentu seperti
shalat, mempunyai kedudukan yang sangat istimewa dan penting.
2- Urgensitas perhatian terhadap filsafat ibadah
tinggi sekali. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata, 'Sungguh Allah
Swt telah menciptakan makhluk-makhluk-Nya padahal Dia tidak butuh kepada
ketaatan mereka dan tidak rugi karena kedurhakaan mereka; karena memang
kedurhakaan para pendosa sama sekali tidak membahayakan Dia, dan sebaliknya
ketaatan orang-orang yang patuh sama sekali tidak memberi keuntungan
kepada-Nya.'
Ibadah mempunyai dampak-dampak yang positif bagi
kehidupan manusia, baik di alam sini maupun sana. Hikmah-hikmah ibadah antara
lain adalah: tuntutan fitrah, jalan menuju penyingkapan diri dan kebebasannya
dari kehampaan, terbang ke angkasa metafisik dan meninggalkan sangkar fisik,
mencapai keyakinan, kemenangan ruh atas badan, kesehatan dan ketenangan jiwa,
kekuasaan atas diri dan potensi-potensinya, pendekatan diri kepada Tuhan, basis
etika, keimanan, undang-undang dan sosial, pembinaan naluri cinta kebaikan,
pembangunan, pendidikan, dan lain sebagainya.
4- Rahmat
Ilahi
Allah Swt berfirman:
Allah Swt berfirman:
وَلَوْ شَاء رَبُّكَ لَجَعَلَ
النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ إِلاَّ مَن رَّحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ
كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأنَّ جَهَنَّمَ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
Artinya:
Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).
Dan jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Dia menjadikan manusia satu umat, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang memperoleh rahmat dari Tuhanmu dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS. Hud [11]: 118 – 119).
Jika diteliti lebih dalam, tujuan-tujuan itu tidak
saling bertentangan, sebagian darinya merupakan tujuan pengantar bagi tujuan
yang selanjutnya, yakni ada tujuan awal, tujuan menengah, dan tujuan akhir.
Karena itu, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut,
tujuan diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan
manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa
dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang terbaik dan
menempuh cara ibadah kepada-Nya.